Makan Saro, Tradisi Makan Bersama di Ternate

Ternate – Makan saro adalah tradisi makan bersama yang melibatkan keluarga dan kerabat. Tradisi makan saro sering diadakan dalam acara pernikahan, INITOGEL akikah, tahlil, dan acara adat lainnya, khususnya di kalangan masyarakat Kesultanan Ternate.

Mengutip dari laman Kemdikbud, tradisi ini berkembang sejak masa Kesultanan Ternate dan masih dilestarikan hingga kini. tradisi ini bukan hanya dilakukan oleh keluarga kesultanan, tetapi juga oleh masyarakat luas sebagai bagian dari perayaan acara-acara penting.

Tradisi ini berfungsi sebagai media pemersatu keluarga dan kerabat, sekaligus wujud syukur dalam momen-momen spesial. Makan saro menawarkan beragam menu makanan, seperti kobo, nanasi, bubur sirkaya, nasi kuning, nasi jaha pali-pali, tamelo, ikan dan terong (fofoki), gulai, dan boboto.

Setiap hidangan yang disajikan mengandung makna simbolis terkait harapan dan doa. Misalnya, kobo atau ketupat kerbau melambangkan semangat kerja keras suami, sementara nanasi (ketupat nanas) menggambarkan kelembutan dan kesetiaan istri.

Bubur sirkaya merepresentasikan kasih sayang dalam rumah tangga. Sedangkan nasi kuning (dada) melambangkan kematangan istri mengurus rumah tangga.

Nasi jaha pali-pali yang terdiri dari 10 potongan melambangkan kekuatan pasangan menjaga keutuhan keluarga. Sementara tamelo (bubur kacang hijau) mencerminkan kekayaan hasil pertanian.

Keberagaman

Hidangan ikan dan terong (fofoki) dengan empat saus berbeda melambangkan keberagaman. Sedangkan, gulai sapi/kambing menandakan kekayaan alam.

Boboto yang berjumlah empat buah melambangkan empat momole (pemimpin adat) Ternate masa lalu. Tradisi ini menjadi momen bagi warga Ternate untuk mempererat tali silaturahmi dan menyampaikan doa.

Dalam acara adat pernikahan, makan saro juga bagian dari rangkaian acara di Ternate. Ritual ini hanya dilakukan oleh keluarga kesultanan sebagai bagian dari prosesi akhir pernikahan.

Sumber : Mybisnis88.id