Jakarta – Direktur Eksekutif COP30 Ana Toni menegaskan pentingnya menjadikan aksi iklim sebagai motor penggerak pertumbuhan berkelanjutan, terutama bagi INITOGEL negara-negara berkembang yang memiliki peran strategis, keberagaman sosial, serta kekayaan ekosistem.
Hal itu ia sampaikan dalam sambutannya secara virtual di Indonesia Net Zero Summit 2025 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pada Sabtu (26/7/2025).
“Isu yang kita bahas hari ini sangat relevan, khususnya bagi negara seperti Indonesia dan Brasil, yang memiliki pengaruh besar di kawasan dan dunia,” ujar Ana.
Dalam paparannya, Ana menyampaikan lima poin kunci yang menjadi perhatian presidensi COP30. Pertama, ia menekankan bahwa pengentasan kemiskinan dan aksi iklim tidak bisa dipisahkan.
Menurut Ana, keberhasilan Brasil dalam menurunkan angka deforestasi hingga 46 persen dalam dua tahun terakhir, sekaligus mengangkat sembilan juta orang dari kemiskinan dan menyelamatkan lebih dari 20 juta dari ancaman kelaparan, menunjukkan keterkaitan erat antara isu lingkungan dan kesejahteraan.
Kedua, Ana menyampaikan bahwa investasi dalam adaptasi dan mitigasi iklim bukanlah beban biaya, melainkan investasi masa depan.
Ia menyebut studi terbaru yang menunjukkan bahwa setiap satu dolar yang diinvestasikan dalam adaptasi dapat menghindarkan kerugian hingga empat dolar di kemudian hari. “Ini bukan hanya kebijakan cerdas, tapi juga menguntungkan secara ekonomi,” tegasnya.
Peran Hutan Tropis Sebagai Aset Strategis Dunia
Ilustrasi pohon, hutan. (Photo by Arnaud Mesureur on Unsplash)
Poin ketiga menyoroti peran hutan tropis sebagai aset strategis dunia. Ana menyebut bahwa negara-negara seperti Brasil dan Indonesia memiliki kekayaan hutan yang sangat berharga bagi planet ini, dan karenanya patut mendapatkan dukungan pendanaan iklim yang adil, transparan, dan berkelanjutan dari negara maju. Ia menyinggung inisiatif Tropical Forest Forever Facility (TFFF) yang diluncurkan oleh Brasil dan Indonesia sebagai instrumen ekonomi baru untuk mendukung perlindungan hutan tropis.
Keempat, ia menekankan pentingnya konsistensi kebijakan. Menurut Ana, ambisi iklim hanya bisa tercapai jika menjadi kebijakan negara, bukan sekadar program pemerintah. Dalam hal ini, kerja sama internasional menjadi kunci, khususnya dalam membangun kapasitas kelembagaan dan platform nasional yang dapat menarik investasi dari bawah ke atas.
Terakhir, Ana menggarisbawahi kekuatan diplomasi negara-negara berkembang dan menengah. “Negara-negara seperti kita memiliki kemampuan membangun jembatan, meredam polarisasi, serta membuka jalan menuju kemajuan kolektif,” ujarnya. Ia berharap COP30 yang akan digelar di Amazon dapat menjadi konferensi percepatan aksi dan implementasi nyata demi transformasi yang inklusif, berkelanjutan, dan berdampak langsung bagi masyarakat.
“Kita semua harus berjalan di jalur ini bersama. Terima kasih atas undangannya, dan saya menantikan hasil dari pertemuan ini untuk dibawa ke COP30 di bulan November,” tutup Ana.
Sumber : Mybisnis88.id